TUGAS AKHIR MEDIA PEMBELAJARAN
ASSURE
MEDIA PEMBELAJARAN
DOSEN : Dr. INDRATI KUSUMANINGRUM,M.Pd
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mata Kuliah
Media Pembelajaran
MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN
OLEH:
LILI
FITRIANTI, S.Pd
Kelas: TP (KERINCI)
NIM: 1104006
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis telah dapat menyelesaikan tugas individu untuk pembelajaran Produktif
Penjualan SMK Negeri 1 Kota Sungai kelas
X semester 1. Tugas ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam Mata Kuliah Media
Pembelajaran Program Studi Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan
(TP) Universitas Negeri Padang (UNP).
Tugas ini dapat diselesaikan berkat dorongan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1.
Bapak
Dr.
Jasrial, M.Pd,
Ketua Program Studi Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan.
2.
Bapak Dr. Indrati Kusumaningrum,M.Pd, Dosen Pembimbing mata kuliah Media Pembelajaran.
3.
Rekan-
rekan Mahasiswa Program Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan
(TP) yang telah membantu dalam penulisan
tugas ini.
Akhirnya, kehadirat Allah SWT jualah tempat Penulis memohon, semoga segala bantuan yang telah Bapak
dan Ibu berikan mendapat balasan yang berlipat ganda dariNya.. Amin Ya Rabbal
Alamin.
Sungai Penuh, 07 Juni 2012
Penulis,
|
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR
ISI
................................................................................................ ii
BAB I
TEORI PEMBELAJARAN DAN MEDIA
A.
Teori – Teori Belajar ............................................................. 1
I.
Teori Behaviorisme ........................................................... 1
II.
Teori Belajar Kognitif ....................................................... 3
III.
Teori Pemrosesan Informasi ............................................. 4
IV.
Teori Belajar Gestalt .......................................................... 5
B.
Teori Media .......................................................................... 7
BAB II MODEL ASSURE
A. Pengertian
Model Pembelajaran ASSURE ........................... 15
B. Langkah-langkah Model
ASSURE dalam Pembelajaran .......... 15
C. Penerapan Model Assure Pada
Pembelajaran Produktif Penjualan
Siswa
Kelas XI Semester I Lingkungan Smk Negeri 1
Kota Sungai Penuh ...................................................... 22
BAB III RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................. 27
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................... 35
BAB I
TEORI PEMBELAJARAN DAN MEDIA
a.
Teori
– teori Belajar
Belajar adalah
suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.
Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya.
Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu:
(I) teori behaviorisme; (II) teori belajar kognitif menurut Piaget; (III) teori
pemrosesan informasi dari Gagne, dan (IV) teori belajar gestalt.
I.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism
( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari
eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:
·
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka
semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
·
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu
pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan
pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang
mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
·
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara
Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan
akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning
menurut Ivan Pavlov
Dari
eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya :
·
Law of Respondent Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
·
Law of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka
kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning
menurut B.F. Skinner
Dari
eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
·
Law of operant conditining yaitu jika
timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan meningkat.
·
Law of operant extinction yaitu jika
timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu
tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.
Reber
(Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu
sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya
sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan
stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut
Albert Bandura
Teori
belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus
(S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar
belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam
belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang
perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar
behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan
prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory
yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan
(The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The
Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan
dorongan.
II. Teori
Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan
sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut Piaget bahwa perkembangan
kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre
operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu
yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa
asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their
mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses
to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind
or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
- Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
- Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
- Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
- Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
- Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
III. Teori Pemrosesan Informasi dari
Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif
dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1)
motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali;
(6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
IV. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
“bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses
pembelajaran antara lain :
- Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
- Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
- Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
- Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
- Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
b.
Teori
Media
Belajar
adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran media merupakan
bagian yang terpisahkan dari proses
belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pembelajaran di sekolah khususnya. Kata media berasal dari bahasa lain yaitu madius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara
pesan pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach dan Ely dalam Azhar (1996)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap dalam pengertian ini, guru,
buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis atau elektronik untuk menangkap, memproses dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. Banyak ahli yang memberikan batasan
tentang media pembelajaran. AECT misalnya mengatakan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan.
Gagne mengartikan media sebagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan
perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Keutamaan media pelajaran
adalah beragamnya hal yang dapat dijadikan pembelajaran untuk melakukan
pemaknaan. Penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan sebagai alat bantu
yang mampu memberikan informasi secara nyata, konkrit dan sederhana.
Istilah media bahkan
sering dikaitkan atau digantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata tekne (bahasa inggris art) dan logos (bahasa Indonesia Ilmu). Menurut
Webster dalam Azhar (1996), “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi, dengan
demikian teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang
keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila di
hubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai
pengertian sebagai berikut: perluasan konsep tentang media. Dimana teknologi
bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap
pembuatan organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu
Achsin dalam Azhar (1996).
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara
atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan
tentang pengertian media. Menurut EACT
yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2)
“media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
informasi”.
Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media
adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Media
berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara
harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar
sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang
media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sementara
itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk
cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga
pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.
Brown (1973)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada
mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk
mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke
–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,
sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini
penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan
interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi,
diantaranya :
- Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
- Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
- Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
- Media menghasilkan keseragaman pengamatan
- Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
- Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
- Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
- Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media
belajar, diantaranya:
- Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
- Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
- Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
- Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan
dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected
still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara
bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh :
dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media,
namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Allen mengemukakan tentang hubungan
antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di
bawah ini :
Jenis Media
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Gambar Diam
|
S
|
T
|
S
|
S
|
R
|
R
|
Gambar Hidup
|
S
|
T
|
T
|
T
|
S
|
S
|
Televisi
|
S
|
S
|
T
|
S
|
R
|
S
|
Obyek Tiga Dimensi
|
R
|
T
|
R
|
R
|
R
|
R
|
Rekaman Audio
|
S
|
R
|
R
|
S
|
R
|
S
|
Programmed Instruction
|
S
|
S
|
S
|
T
|
R
|
S
|
Demonstrasi
|
R
|
S
|
R
|
T
|
S
|
S
|
Buku teks tercetak
|
S
|
R
|
S
|
S
|
R
|
S
|
Keterangan :
R = Rendah S
= Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan
aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi
motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan
motivasi
Kriteria yang
paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau
kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio
yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat
memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan
pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video
bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat
melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta
didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Media
adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997).
Media Pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan
ajar. Dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa
bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat
dipergunakan sebagai media, di antaranya adalah hubungan atau interaksi
manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam.
Maka dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar mempelajari
bahan pelajaran. Atau, dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus yang
dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara, lihat, dan gerakan.
Banyak batasan atau pengertian yang dikemukakan para
ahli tentang media, di antaranya adalah: Asosiasi Teknologi dan Komunikasi
Pendidikan (Association of Education and
Communication Technology - AECT)
di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. National Education Association (NEA), mengatakan bahwa “media “
adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual serta
peralatannya. Gagne (1970), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau
sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar
untuk belajar. Briggs (1970), mengatakan media adalah segala wahana atau alat
fisik yang dapat menyajikan peran serta merangsang, pembelajar untuk belajar.
Scramm, mengatakan media adalah teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional.
Yusuf Hadi Miarso, mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya prdoses belajar pada diri pembelajarnya.
Maka secara umum media adalah “ alat bantu “ yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai
perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan
efesiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas
media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka
lebih mengefektifkan omunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar
dalam proses pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, kalau ada teknologi pembelajaran produktif
penjualan misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media
dan alat bantu dalam proses mengajar produktif penjualan, akan membahas masalah
keterampilan, sikap, perbuatan, dan strategi mengajar produktif penjualan.
Suatu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran adalah
istilah sumber belajar. Bagaimana kaitan antara media belajar dengan sumber
belajar? Sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas daripada media
belajar. Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik dan
latar/lingkungan. Jadi yang dinamakan media sebenarnya adalah bahan dan alat
belajar tersebut. Bahan sering di sebut
perangkat lunak (software), sedangkan
alat juga di sebut sebagai perangkat keras (hardware).
Transparansi program
kaset audio dan program video adalah beberapa contoh bahan belajar. Bahan
belajar tersebut hanya berupa bisa
disajikan jika ada alat, misalnya berupa OHP, Radio Cassette dan Video Player.
Jadi salah satu atau kombinasi perangkat lunak (bahan) dan perangkat keras
(alat) bersama-sama dinamakan media. Dengan demikian, jelaslah bahwa media
pembelajaran merupakan bagian dari
sumber belajar. Dari beberapa pengertian tentang media pembelajaran, maka dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik pada saat proses
pembelajaran.
Dari keseluruhan
pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media
pembelajaran adalah: (1) bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan
pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar,
(2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang
pembelajar untu belajar, (3) bentuk alat fisik yang dapat yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, dan (4) bentuk-bentuk
komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun
audio, visual, dan audio-visual.
BAB II
MODEL ASSURE
A. PengertianModel Pembelajaran ASSURE
Model ASSURE
adalah jembatan antara peserta didik, materi, dan semua bentuk media, berbasis
teknologi dan bukan teknologi. Model ini mengasumsikan bahwa cara pembelajaran
tidak hanya menggunakan buku teks, tetapi juga memungkinkan untuk menggabungkan
belajar di luar kelas dan teknologi ke dalam materi pelajaran. Artinya, model
ini memastikan pengembangan instruksional dimaksudkan untuk membantu pendidik
dalam pengembangan instruksi yang sistematis dan efektif. Hal ini digunakan
untuk membantu para pendidik mengatur proses belajar dan melakukan penilaian
hasil belajar peserta didik. Model ASSURE didasarkan pada enam proses belajar bahwa:
1.
Analyze Learners.
2.
State Objectives.
3.
Select Methods, Media and Materials.
4.
Utilize Media, and Materials.
5.
Require Learner Participation.
6.
Evaluate and
Revise.
B. Langkah-langkah Model ASSURE dalam Pembelajaran
1. Analiyze Learners (Menganalisis Pembelajar)
Media
pembelajaran dan teknologi dapat digunakan secara efektif, apabila adanya
kecocokan antara karakteristik perserta didik dan isi media, metode dan
material. Sebelum merancang cara penyampaian yang efektif, maka perlu
mengetahui siapa peserta didik, harus terbiasa dengan peserta didik dalam penyampaian
agar dapat dimengerti. Oleh karena itu, langkah pertama Model ASSURE adalah
menganalisis peserta didik. Dalam menganalisis ada tiga langkah yang harus di
periksa:
·
Karakteristik umum
Merupakan
gambaran dari kelas keseluruhan, seperti jumlah siswa, usia, tingkat
pendidikan, faktor sosial ekonomi, budaya atau etnis, keanekaragaman, dan
seterusnya. Dengan demikian karakteristik pembelajaran dapat memberi pengarahan
dalam membantu memilih metode pembelajaran dan media.
·
Kompetensi spesifik (specific kompetensi)
Merupakan
gambaran dari jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik
baik atau kurangnya ketrampilan yang dimiliki sebelum memenuhi syarat yang akan
dicapai dalam ketrampilan dan tingkah laku.
·
Gaya belajar (learning style)
Merupakan
gambaran dari prefensi gaya belajar masing-masing peserta didik. Artinya sifat
psikologis lah yang mempengaruhi bagaimana kita menanggapi rangsangan yang berbeda.
Pertama-tama Pendidik akan mengamatigaya belajar peserta didik, yang
diantaranya gaya belajar auditorial, visual, dan kinestetik.Pendidikkemudian
akan menentukan pengelolaan informasi dari kebiasaan peserta didik. Kategori
ini berisi berbagai variabel yang terkait dengan bagaimana
kecenderunganindividu dalam pemrosesan informasi kognitif. Terakhir pendidik
akan menentukan faktor fisiologis dan motivasi terhadap peserta didik. Ketika
pendidik menggunakan faktor motivasi perlu mempertimbangkan hal-hal seperti
kecemasan, tingkat struktur, motivasi berprestasi, motivasisosial,
kehati-hatian, dan daya saing. Yang paling mempengaruhi faktor fisiologis
adalah perbedaan seksual, kesehatan, dan kondisi lingkungan. Jadi, dalam setiap
kelas karakter peserta didik berbeda-beda dalam gaya belajarnya, yang terbaik
adalah menggabungkan banyak cara untuk menyajikan informasi sebanyak mungkin.
2. State Objectives (Merumuskan Tujuan
Pembelajaran)
Langkah
kedua dalam model pembelajaran ASSURE adalah cara penyampaian State Objectives.
Kinerja dari tujuan digunakan untuk menyatakan gambaran apa yang siswa harapkan
dari hasil pembelajaran. Dengan demikian, tujuannya adalah gambaran dari hasil
pembelajaranyang bertujuan untuk pelajaran dan harus bersifat spesifik mungkin
serta harus ditulis dengan menggunakan format ABCD. Persyaratan penulisan ABCD
agar tujuannya tercapai adalah :
a) Audience
Pembelajaran
ini diberikan untuk peserta didik, bukan pendidik, untuk lebih fokus pada apa
yang peserta didik lakukan, bukan pada apa yang pendidik lakukan.
b) Behavior
Tujuannya
adalah menggambarkan kemampuan baru yang dimiliki peserta didik setelah
mendapatkan pembelajaran. Jadi, perilaku atau kemampuan peserta didik yang
dapat diukur dan dapat diamati perlu ditunjukkan sebagai hasil pembelajaran.
c) Condition
Keadaan atau
kondisi peserta didik bertujuan untuk menunjukkan ketrampilan atau kemampuan
yang diajarkan. Sebuah pernyataan tujuan harus mencakup kondisi di mana
hasilnya dapat diamati. Jadi, harus menyertakan peralatan, perkakas, alat
bantu, atau referensi peserta didik yang akan digunakan atau tidak digunakan
dan kondisi lingkungan khususnya tempat pembelajaran dilaksanakan.
d) Degree
Persyaratan
terakhir bertujuan agar lebih baik dalam menunjukan hasil belajar yang dapat
diterima dan akan dinilai. Jadi, sejauh mana ketrampilan yang dikuasai dan
dapat diterima.
Klasifikasi
tujuan yang memiliki nilai praktis, serta metode yang tergantung pada State
objectives yang akan dicapai pendidik dapat diklasifikasikan menurut jenis
utama hasil pembelajarannya. Ada empat kategori pembelajaran.
1. Domain Kognitif
Domain kognitif, belajar melibatkan
berbagai kemampuan intelektual yang dapat diklasifikasikan baik sebagai verbal
/ informasi visual atau sebagai ketrampilan intelektual.
2. Domain Afektif
Dalam domain afektif, pembelajaran
melibatkan perasaan dan nilai-nilai.
3. Motor Domain Skill
Dalam domain ketrampilan motorik,
pembelajaran melibatkan atletik, manual, dan ketrampilan seperti fisik.
4. Domain Interpersonal
Belajar melibatkan interaksi dengan orang-orang.
3. Select
methods, media and material (Memilih metode, media dan bahan ajar)
Dalam langkah
ini, pendidik akan membangun jembatan antara peserta didik dan tujuan rencana
sistematis untuk menggunakan media dan teknologi. Metode, media dan materi
harus di pilih secara sistematis. Setelah mengetahui gaya belajar peserta didik
dan memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang akan di sampaikan,maka harus
dilakukan pemilihan:
- Metode pembelajaran yang di gunakan harus tepat untuk memenuhi tujuan bagi para peserta didik, yang lebih unggul daripada yang lain atau yang memberikan semua kebutuhan dalam belajar bersama, seperti kerja kelompok.
- Media yang cocok untuk dipadukan sama dengan metode pembelajaran yang dipilih, tujuan, dan peserta didik. Media bisa berupa teks, gambar, video, audio, dan multimedia komputer. Penyampaian dapat disajikan dengan mencari materi yang tersedia untuk mendukung penyampaian. Materi harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
- Materi yang disediakan untuk peserta didik sesuai dengan yang dibutuhkan dalam menguasai tujuan. Materi bisa juga dimodifikasi, peserta didik bisa merancang dan membuat materi sendiri. Materi dapat berupa program perangkat lunak khusus, musik, kaset video, gambar, dan peralatan seperti overhead prejector, komputer, printer, scanner, TV dll. Materi mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik atau tempat pembelajaran dan peralatan.
4. Utilize Media, and Materials (Memanfaatkan media dan bahan ajar)
Langkah keempat
dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan penggunaan media dan materi
oleh peserta didik dan pendidik. Menjelaskan bagaimana pendidik akan menerapkan
media dan materi. Untuk setiap jenis media dan materi yang tercantum di bawah
dipilih, dimodifikasi, dan didesain. Pendidik harus menjelaskan secara rinci
bagaimana pendidik akan menerapkannya ke dalam pelajaran, pendidik juga
membantu peserta didik. Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah:
· Preview materi
Pendidik
harus melihat dulu materi sebelum mennyampaikannya dalam kelas dan selama
proses pembelajaran pendidik harus menentukan materi yang tepat untuk audiens
dan memperhatikan tujuannya.
·
Siapkan bahan
Pendidik
harus mengumpulkan semua materi dan media yang dibutuhkan pendidik dan peserta
didik. Pendidik harus menentukan urutan materi dan penggunaan media. Pendidik
harus menggunakan media terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.
·
Siapkan lingkungan
Pendidik
harus mengatur fasilitas yang digunakan peserta didik dengan tepat dari materi
dan media sesuai dengan lingkungan sekitar.
·
Peserta didik
Memberitahukan
peserta didik tentang tujuan pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara
agar peserta didik dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.
·
Memberikan pengalaman belajar
Mengajar dan
belajar harus menjadi pengalaman, bukan suatu cobaan.
5.
Require Learner Participation (Mengembangkan peran peserta didik)
Langkah ke
lima dalam model pembelajaran ASSURE adalah dengan mewajibkan partisipasi
peserta didik. Peserta didik belajar paling baik jika mereka secara aktif
terlibat dalam pembelajaran. Peserta didik yang pasif lebih banyak memiliki
permasalahan dalam belajar, karena pendidik hanya mencoba untuk memberikan
stimulus, tanpa mempedulikan respon dari peserta didik. Apapun strategi pembelajarannya
pendidik harus dapat menggabungkan strategi satu dengan yang lain, diantaranya
strategi tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, dan strategi lainnya agar
peserta didik aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian, pendidik harus
menjelaskan bagaimana cara agar setiap peserta didik belajar secara aktif.
6. Evaluate and Review (Menilai dan memperbaiki)
Langkah
terakhir dalam model pembelajaran ASSURE adalah evaluasi dan revisi. Evaluasi
dan revisi merupakan komponen penting untuk mengembangkan kualitas
pembelajaran. Siapa saja dapat mengembangkan dan menyampaikan pelajaran, tetapi
pendidik yang baik harus benar-benar dapat merefleksi pelajaran, mengetahui
tujuan, menguasai strategi pembelajaran, menguasai materi pembelajaran, dan
melakukan penilaian serta dapat menentukan apakah unsur-unsur dari pelajaran
itu efektif. Pendidik mungkin menemukan beberapa hal yang terlihat tidak
efektif, apakah banyak peserta didik yang tidak menguasai materi. Jika terjadi
itu, mungkin materi yang disampaikan belum tepat untuk tingkatan kelas itu.
Keefektifan dalam strategi pembelajaran juga bisa terjadi, misalnya peserta
didik tidak termotivasi atau strategi itu sulit dilaksanakan pendidik. Oleh
karena itu, evaluasi adalah langkah yang penting untuk menilai prestasi peserta
didik dan menilai metode pembelajaran dan media yang digunakan.
Revisi
merupakan langkah terakhir dari siklus pembelajaran yang juga merupakan hal
yang penting untuk melihat hasil data gatering dari evaluasi. Jadi, kita dengan
jelas memahami evaluasi akhir, langkah dan revisi. Kesemuanya adalah siklus
yang terjadi terus-menerus dalam model ASSURE agar penggunaan media
pembelajaran efektif.
C.
Penerapan Model Assure Pada Pembelajaran Produktif Penjualan Siswa Kelas XI Semester I Lingkungan Smk Negeri 1
Kota Sungai Penuh
1. Analiyze
Learners (Menganalisis Pembelajar)
Dalam menganalisis ada tiga langkah yang
harus di periksa:
·
Karakteristik umum
Yang termasuk dalam karakteristik
umum adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis,
kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi. Siswa yang akan mengikuti pembelajaran
ini adalah siswa SMKN 1 Kota Sungai
Penuh kelas XI Semester I
(Penjualan) .
Adapun karakteristik siswa SMK N 1 Kota Sungai Penuh adalah :
Ø Usia
: Usia rata-rata antara 16 – 17 Tahun
Ø Jenis
Kelamin
: Siswa laki-laki berjumlah 10
orang dan perempuan
Berjumlah 23
orang.
Ø Tk.
Pendidikan : Rata-rata tingkat pendidikan Siswa kelas XI semes
ter I
(Penjualan) adalah dari SMP dan MTs.
Ø Pekerjaan : Pekerjaan
orang tua siswa kelas XI semester I
(Penjualan)
adalah rata-rata petani.
Ø Etnis : Siswa kelas XI semester I berasal dari Kerinci,
Minang dan
jawa, dll.
Ø Kebudayaan
: Berbeda tetap berbaur
dengan siswa lain.
Ø Sosial ekonomi :
Berasal dari kalangan menengah ke bawah
·
Kompetensi spesifik (specific competensi)
Ø Siswa diberi tes awal yang berisi materi-materi yang berkaitan dengan kompetensi dasar. Dari tes yang diberikan siswa mempunyai bekal 75 % dan ini termasuk bekal yang cukup untuk mengikuti materi yang akan di
ajarkan . Dan dari 25 % siswa perlu
bimbingan khusus untuk mampu mengikuti materi sistem.
·
Gaya belajar (learning style)
Ø Dilihat dari gaya belajar yang dimiliki siswa kelas XI
Semester I (penjualan), maka media yang bisa
membangkitkan motivasi dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa adalah
menggunakan media presentasi dengan menggunakan Powerpoint, mengadakan diskusi
kelompok, latihan tugas portopolio.
2. State Objectives (Merumuskan Tujuan
Pembelajaran)
Ø Tujuan dalam pembelajaran produktif penjualan kelas XI semester I (penjualan) dapat dibagi
menjadi:
Standar kompetensi : Menagih Pembayaran
(Hasil Penjualan)
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasikan
klausul - klausul perjanjian.
Ø Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari pokok pembahasan ini yang di harapkan adalah :
1. Siswa
dapat mengidentifikasi arti Klausul.
2. Siswa
dapat memahami arti perjanjian jual beli.
3. Siswa
dapat menyebutkan Tujuan dibuat Klausul dalam perjanjian jual beli.
4. Siswa
mampu membedakan Subyek dan Obyek Perjanjian jual beli.
5. Siswa
dapat mengetahui Isi dari pada Klausul perjanjian jual beli.
6. Siswa
dapat mampu mengkonfirmasikan pembayaran pelanggan kebagian keuangan,
berdasarkan barang yang terjual.
7. Siswa
mampu menyusun daftar pelanggan yang jatuh tempo berdasarkan zona tempat tinggal.
Ø Tujuan pembelajaran produktif penjualan ini terdiri dari tujuan Kognitif dan
tujuan afektif yaitu:
Tujuan Kognitif :
Setelah
mempelajarari pokok pembahasan ini yang di harapkan adalah :
1. Siswa
dapat mengidentifikasi arti Klausul.
2. Siswa
dapat memahami arti perjanjian jual beli.
3. Siswa
dapat menyebutkan Tujuan dibuat Klausul dalam perjanjian jual beli.
4. Siswa
mampu membedakan Subyek dan Obyek Perjanjian jual beli.
5. Siswa
dapat mengetahui Isi dari pada Klausul perjanjian jual beli.
6. Siswa
dapat mampu mengkonfirmasikan pembayaran pelanggan kebagian keuangan,
berdasarkan barang yang terjual.
7. Siswa
mampu menyusun daftar pelanggan yang jatuh tempo berdasarkan zona tempat tinggal.
Tujuan Afektif
:
Siswa diharapkan bisa menerapkan konfirmasi pembayaran
pelanggan dalam prakteknya
dan kehidupan sehari-hari.
3. Select
methods, media and material (Memilih metode, media dan bahan ajar)
Ø Berdasarkan analisis maka metode, media dan bahan dalam pembelajaran produktif
penjualan adalah:
1. Metode dalam
pembelajaran ini adalah : metode pembelajaran diskusi, ceramah, presentasi dan penugasan.
2. Media dan bahan adalah sesuai dengan
karakteristik siswa dan kemampuan siswa yang telah di analisis maka media yang
digunakan pada pembelajaran produktif penjualan adalah Format dan formulir perjanjian jual beli.
3.
Tugas yang diberikan pada siswa adalah tugas
yang di kerjakan secara individu dan berkelompok.
4. Utilize Media, and Materials (Memanfaatkan media dan bahan ajar)
Ø Dalam
memanfaatkan materi ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu :
preview materi, siapkan
bahan, siapkan lingkungan,
peserta didik, memberikan pengalaman belajar. Dalam
pembelajaran produktif penjualan untuk menyiapkan para pemelajar meliputi:
1. Memberikan
salam.
2. Mengabsensi
siswa.
3. Memberikan
pretest secara lisan.
4. Dan
menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran.
5. Membagikan
kelompok.
6. Memberikan
tugas kepada siswa, baik tugas terstruktur maupun tugas yang tidak terstruktur.
5.
Require Learner Participation (Mengembangkan peran peserta didik)
Ø Bentuk
partisipasi dalam pembelajaran ini meliputi kegiatan dalam produktif penjualan
khususnya menagih pembayaran. Selain itu, diskusi, kuis singkat dan latihan
aplikasi bisa memberi peluang untuk praktik dan umpan balik selama pembelajaran
berlangsung. Tanya jawab dalam diskusi
juga dapat merangsang siswa dalam memberikan pendapat, sanggahan secara kreatif
dalam hal ini siswa dituntut aktif dan kreatif dalam belajar.
6.
Evaluate and Review (Menilai dan memperbaiki)
Ø Evaluasi
Sebelum pembelajaran dimulai, karakteristik
siswa diukur untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara keterampilan yang
dimiliki siswa dengan metode dan bahan ajar yang akan digunakan. Selama dalam
proses pembelajaran, evaluasi dilakukan menggunakan umpan balik. Evaluasi yang
dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung memiliki tujuan yaitu untuk mendeteksi dan mengoreksi masalah
pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang ada. Sedangkan sesudah pembelajaran,
evaluasi dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa.
Ø Revisi
Dalam langkah ini
hal-hal yang perlu di amati adalah sebagai berikut:
1.
Apakah telah sesuai antara apa yang
diinginkan dan apa yang benar-benar terjadi.
2.
Tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa.
3.
Seperti apa respon siswa terhadap metode dan media
pembelajaran yang dipakai.
4.
Apakah siswa puas dengan nilai bahan ajar yang dipakai.
Guru harus melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan masing-masing komponennya. Jika data evaluasi
ternyata menunjukkan adanya kekurangan di bidang-bidang tertentu, maka sekarang
tiba saatnya untuk kembali memperhatikan bagian yang kurang tepat tersebut.
BAB
III
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMK
Negeri 1 Kota Sungai Penuh
Mata Pelajaran : Produktif Penjualan
Kelas/Semester : XI/1
Pertemuan ke- : 1 s.d 3
Alokasi Waktu : 9 x 45 menit
Standar Kompetensi : Menagih
Pembayaran (Hasil Penjualan)
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasikan
klausul - klausul
perjanjian.
Indikator :
-
Arti klausul diidentifikasi
-
Arti perjanjian jual beli dipahami
-
Tujuan pembuatan klausul disebutkan
kembali
-
Subjek dan objek dibedakan dalam
perjanjian
- Klausul
perjanjian jual beli dibaca dan dipelajari kembali, seperti jatuh tempo, pembayaran, sanksi keterlambatan pembayaran
- Pembayaran
pelanggan dikonfirmasikan kebagian keuangan, apakah
pelanggan telah
membayar produk yang dibeli
- Daftar
pelanggan yang akan atau telah jatuh tempo disusun untuk kemudahan menghubungi
pelanggan
I.
Tujuan
Pembelajaran
Siswa dapat:
· Mengidentifikasi
arti Klausul
· Memahami
arti perjanjian jual beli
· Menyebutkan
Tujuan dibuat Klausul dalam perjanjian jual beli
· Membedakan
Subyek dan Obyek Perjanjian jual beli
· Mengetahui
Isi dari pada Klausul perjanjian jual beli
· Mengkonfirmasikan
pembayaran pelanggan kebagian keuangan, berdasarkan barang yang terjual
· Menyusun
daftar pelanggan yang jatuh tempo berdasarkan zona tempat tinggal
II.
Materi
Pokok :
· Arti
Klausul
· Arti
perjanjian jual beli
· Tujuan
perjanjian jual beli
· Isi
perjanjian jual beli
· Subyek
dan objek perjanjian jual beli
· Masa
berlaku perjanjian jual beli
· Jatuh
tempo perjanjian jual beli
III.
Metode
Pembelajaran
· Penugasan
· Diskusi
kelompok @ 5 orang
· Ceramah
· Presentasi
IV.
Langkah-Langkah
Pembelajaran
Pertemuan
ke - 1
(1) Kegiatan
Awal:
Pemberian salam, mengabsensi
dan pretest secara lisan dan penyampaian topik dan tujuan pembelajaran.
(2) Kegiatan
Inti:
1. Pembagian
kelompok.
2. Peserta
didik duduk menurut kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya.
3. Peserta
didik membaca tentang arti klausul, arti perjanjian jual beli, dan tujuan
pembuatan perjanjian jual beli.
4. Guru
memfasilitasi untuk bertanya jawab arti klausul, arti perjanjian jual beli dan
tujuan perjanjian jual beli.
5. Setiap
kelompok membuat kesimpulan tentang arti klausul, arti perjanjian jual beli dan
tujuan pembuatan perjanjian jual beli untuk dipresentasikan.
6. Presentasi
oleh masing-masing kelompok.
7. Kelompok
lain menyimak dan memberikan sanggahan apabila diperlukan.
8. Guru
berperan sebagai mediator agar jalannya diskusi berlangsung dengan baik serta
materi yang disampaikan tidak terdapat salah konsep.
9. Contoh-contoh
surat perjanjian jual beli untuk didiskusikan sebagai pendalaman materi
disampaikan oleh guru.
10. Materi
minimum yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu:
Ø Mengetahui
arti klausul
Ø Mengetahui
arti perjanjian jual beli
Ø Menyebutkan
tujuan dibuat klausul dalam perjanjian jual beli
(3) Kegiatan
Akhir:
1. Guru
membimbing siswa untuk bersama-sama menyimpulkan intisari pelajaran yang
dibahas.
2. Guru
memberikan tugas akhir siswa, baik
tugas terstruktur maupun tugas yang tidak terstruktur.
Pertemuan ke – 2
(1) Kegiatan
Awal:
Pemberian salam,
mengabsensi dan pretest secara lisan arti klausul, arti perjanjian jual beli
dan tujuan pembuatan perjanjian jual beli.
(2) Kegiatan
Inti:
1. Peserta
didik duduk menurut kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya.
2. Peserta
didik membaca tentang isi perjanjian jual beli serta subjek dan objek
perjanjian jual beli.
3. Guru
memfasilitasi untuk bertanya jawab tentang isi perjanjian jual beli serta
subjek dan objek perjanjian jual beli.
4. Setiap
kelompok kesimpulan tentang isi
perjanjian jual beli serta subjek dan objek perjanjian jual beli untuk
dipresentasikan.
5. Presentasi
oleh masing-masing kelompok.
6. Kelompok
lain menyimak dan memberikan sanggahan apabila diperlukan.
7. Guru
berperan sebagai mediator agar jalannya diskusi berlangsung dengan baik serta
materi yang disampaikan tidak terdapat salah konsep.
8. Materi
minimum yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu:
Ø Isi
perjanjian jual beli
Ø Subjek
dan objek perjanjian jual beli
(3) Kegiatan
Akhir
1. Setiap
kelompok membandingkan hasil kesimpulan mereka dengan yang ada dimodul.
2. Guru
membuat kesimpulan akhir.
Pertemuan ke – 3
(1) Kegiatan
Awal:
Pemberian salam,
mengabsensi dan pretest secara lisan tentang masa berlaku perjanjian jual beli,
jatuh tempo perjanjian jual beli, dan sanksi keterlambatan dalam perjanjian
jual beli.
(2) Kegiatan
Inti:
1. Peserta
didik membaca tentang masa berlaku perjanjian jual beli, jatuh tempo,
perjanjian jual beli dan sanksi keterlambatan.
2. Guru
memfasilitasi untuk bertanya jawab.
3. Setiap
individu peserta didik membuat klausul perjanjian jual beli, guru bertindak
sebagai pembimbing.
4. Satu
atau dua siswa yang ditunjuk guru mempresentasikan hasil pekerjaannya dan
peserta didik yang lain memberi tanggapannya.
5. Materi
minimum yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu:
Ø Masa
berlaku perjanjian jual beli
Ø Jatuh
tempo dan sanksi keterlambatan
(3) Kegiatan
Akhir:
1. Satu
atau dua siswa menyimpulkan tentang masa berlaku perjanjian jual beli, jatuh
tempo dan sanksi keterlambatan.
2. Guru
membuat kesimpulan akhir.
V.
Alat/Bahan
dan Sumber Belajar:
1. Alat/Bahan : -
Alat tulis
- Alat
peraga
- Format
dan formulir perjanjian jual beli
- Bea
materai
2. Sumber
Belajar : - Modul Menagih Pembayaran
Dra. Devi Puspita . sari,M.Pd dkk.
- Modul
Menagih Pembayaran karya Tim Penjualan
SMK Penerbit PT. Galaxy Puspa Mega.
VI. Penilaian
1. Jenis
test:
- Test
Lisan (pre test)
- Test
Perbuatan
- Test
Tertulis
2. Bentuk
test:
- Pilihan
Ganda
- Uraian
Contoh test awal (lisan)
a. Pernahkan
anda mendengar istilah klausul, istilah perjanjian jual beli dan tujuan
perjanjian jual beli?
b. Minggu
yang lalu anda telah mempelajari arti klausul, arti perjanjian jual beli dan
tujuan jual beli, coba sebutkan!
c. Coba
sebutkan secara garis besar materi bahasan minggu lalu?
Contoh test perbuatan (proses)
Buatlah klausul perjanjian jual beli!
Penilaian test perbuatan ini
dilakukan melalui tugas membuat klausul perjanjian. Adapun format yang
digunakan sebagai berikut:
No
|
Nama
Siswa
|
Aspek
penilaian
|
Komp/
Blm
komp
|
|||||
|
|
Kesesuaian
Materi
|
Penge
tahuan
|
Ketram
pilan
|
Sikap
|
Jmlh
|
||
|
|
4
|
|
2
|
2
|
2
|
10
|
|
1
|
Abdul
|
3
|
|
2
|
2
|
2
|
9
|
Komp
|
2
|
Ali
|
2
|
|
1
|
1
|
1
|
5
|
Blm
komp
|
Keterangan
:
a. Kesesuaian materi: 4 = Sangat sesuai
3 = Sesuai
2 = Cukup sesuai
1 = Tidak sesuai
b. Pengetahuan/
ketrampilan/sikap
2.0 =
Sangat baik
1.5
= Baik
1.0 =
Cukup baik
0.5 = Kurang baik
Contoh
test akhir (tertulis)
Contoh 1.
1. Persetujuan
atau kesepakatan tertulis atau lisan yang dibuat oleh pihak penjual dan pembeli
yang isinya mengandung makna persyaratan jual beli yang harus ditaati oleh
kedua belah pihak selaku penjual dan pembeli disebut....
a. Klausul
b. Transaksi
c. Perjanjian
d. Bukti
otentik
e. Perjanjian
jual beli
2. Membuat
contoh surat perjanjian jual beli berdasarkan data dibawah ini:
Penjual : Lili Fitrianti, SE, manager penjualan
PT.
Al Fikri, Alamat Jln.Tanah Mendapo No.49 Jambi.
Pembeli : Tri Indesri, SE. Manager Pembelian CV.
Cempaka Putih, Jln. Harpelindo Jambi.
Barang
yang dijual : Sepeda motor merek Honda Supra-X tahun 2008.
No mesin Smk 15072008, No Rangka Ksm 20080715 warna merah marun, no polisi B
1208 SLH.
Syarat
pembayaran : Harga Rp. 15.000.000. Pembayaran dilakukan
secara tunai setelah barang diterima.
Bobot penilaian / penskoran :
Jenis
Soal
|
Nomor
Soal
|
Bobot
|
Nilai
|
PG
|
1
- 25
|
2
|
50
|
Uraian
|
1
(perjanjian Jual beli)
|
50
|
50
|
|
|
|
100
|
Sungai
Penuh, 7 Juni 2012
Mengetahui,
Kepala SMKN 1 Kota
Sungai Penuh Guru Mata
Pelajaran
Drs.
MUFRIZAL LILI
FITRIANTI, S.Pd
NIP.
19640510 199303 1 004 NIP.
19760924 200701 2 012
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bruner, J. S. 1966. Toward
a Theory of Instruction. Cambridge: Harvad University.
Gagne, R.M., Briggs, L.J &
Wager, W.W. 1988. Principles of Instruction Design, 3rd ed.
New York: Saunders College Publishing.
Hamzah B. Uno. 2007. Model
Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan
Efektif Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit
PT. Citra Aditya Bakti.
Heinich, R., Molenda, M.,
& Russel, J.D. 1993. Instructional Media and the New Technologies of
Instruction, 4th ed. New York: Macmillan Publishing
Company.
Ratna Wilis Dahar. 1988. Teori
–Teori Belajar Jakarta: Erlangga.
Smaldino, Sharon.E, dkk. 2011. Instructional Technology & Media For
Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group..
Sadiman, A.S., Rahardjo, R.,
Haryono, A., & Rahadjito. 1990. Media Pendidikan: pengertian,
pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Sudjana, N. & Rivai, A.
1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru Badung.